sevketsahintas.com – Pada bulan Desember 2024, pertemuan penting diadakan di Qatar antara tiga negara besar yang memiliki pengaruh besar di Suriah Turki, Rusia, dan Iran. Ketiga negara ini memiliki kepentingan yang berbeda dalam konflik Suriah yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Meskipun sering kali memiliki pandangan yang berlawanan, diplomasi yang terjalin antara ketiganya membuka peluang untuk menemukan solusi jangka panjang bagi perdamaian di Suriah.
Latar Belakang Konflik Suriah
Sejak 2011, Suriah telah terjerumus dalam konflik berdarah yang melibatkan berbagai kelompok pemberontak, kekuatan internasional, dan faksi-faksi etnis. Turki, Rusia, dan Iran memiliki peran yang sangat berbeda dalam konflik ini. Turki telah mendukung kelompok-kelompok oposisi terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad, sementara Rusia dan Iran merupakan sekutu utama pemerintah Suriah.
Rusia, sebagai kekuatan besar di dunia, memberikan dukungan militer dan politik yang sangat penting untuk bertahan hidupnya pemerintahan Assad. Iran, dengan kedekatannya pada rezim Suriah, juga memberikan bantuan militer, meskipun fokus utamanya adalah mempertahankan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah, khususnya dengan mendukung kelompok-kelompok militan yang loyal pada Assad.
Di sisi lain, Turki memiliki kekhawatiran terhadap pengaruh Kurdi yang semakin berkembang di Suriah, terutama setelah munculnya kelompok-kelompok Kurdi yang dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas Turki sendiri. Turki juga memiliki tujuan untuk menggulingkan rezim Assad dan mendukung kelompok-kelompok oposisi yang ingin menggantikan pemerintahannya.
Diplomasi di Qatar
Pertemuan yang diadakan di Doha, Qatar, pada Desember 2024, bertujuan untuk meredakan ketegangan antara ketiga negara ini dan mencari jalan keluar bagi Suriah. Meski perbedaan mendalam tetap ada, ketiga negara tersebut sadar bahwa hanya dengan bekerja sama mereka dapat mencapainya perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Suriah.
Di satu sisi, Rusia dan Iran ingin memastikan bahwa pemerintahan Assad tetap berkuasa, sedangkan Turki berusaha mendorong perubahan rezim yang lebih pro-demokrasi. Namun, dengan meningkatnya ketegangan dan dampak dari konflik ini yang mempengaruhi kawasan, ketiga negara mulai menyadari perlunya kompromi.
Negosiasi di Doha juga membahas isu-isu penting lainnya, seperti penarikan pasukan asing dari Suriah dan bagaimana mengatasi krisis kemanusiaan yang terus berlanjut. Dalam pembicaraan ini, Qatar berperan sebagai mediator yang berusaha mendekatkan posisi ketiga negara tersebut.
Tantangan dan Peluang
Meskipun pertemuan ini menawarkan peluang untuk mencari solusi politik, tantangan yang dihadapi oleh ketiga negara tetap besar. Kepercayaan antara Turki, Rusia, dan Iran tetap terbatas, dan setiap negara memiliki tujuan strategis yang berbeda. Namun, pertemuan ini membuka kemungkinan bagi diplomasi yang lebih intensif dan saling bergantung dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Suriah.
Jika diplomasi ini berhasil, pertemuan tersebut dapat menjadi titik awal bagi penyelesaian damai yang lebih komprehensif di Suriah. Meski demikian, jalan menuju perdamaian di Suriah masih panjang, dan upaya untuk menjembatani perbedaan antara ketiga negara ini akan terus menjadi tantangan besar di masa depan.
Dengan komitmen dari ketiga negara besar ini untuk mencari jalan keluar, harapan muncul bahwa masa depan Suriah bisa jadi lebih stabil. Namun, masih banyak yang perlu dilakukan untuk mewujudkan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik ini.